27.1 C
Jakarta
Array

Ada Dekan Berafiliasi Teroris yang Nyaris Jadi Rektor

Artikel Trending

Ada Dekan Berafiliasi Teroris yang Nyaris Jadi Rektor
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sleman-Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius meminta para mahasiswa untuk mengenal dan mengantisipasi penyebaran paham radikal negatif. Suhardi menyebut paham radikal negatif berupaya menyusup ke perguruan tinggi dan kalangan akademisi.

“Jadi kalau ada nanti teman-teman mentor-mentor ngarahkan yang nggak benar, laporkan!.. (laporkan) sama dekan, rektor, wakil rektor. Karena sudah ada di Jawa Timur, ada dosen mengintimidasi nilai kepada mahasiswanya kalau tidak ikut kelompoknya itu,” kata Suhardi ketika memberi kuliah umum kepada mahasiswa S2 UGM, di Grha Sabha Pramana UGM, Sleman, Selasa (25/9/2018).

“Saya tantang kalau sampai nggak bersih, saya masuk. (tapi) Saya nggak mau masuk ke perguruan tinggi, saya bilang ke Pak Nasir (M Nasir, Menristekdikti) saya nggak mau masuk, tim asistensi (yang masuk), kalau nggak bisa (selesai) saya baru masuk,” cerita Suhardi.

Suhardi lantas mengungkapkan sejumlah temuan BNPT dan fakta di lapangan yang menguatkan indikasi paham radikal negatif menyusup ke perguruan tinggi.

“Di Riau, kejadian Riau (penangkapan terduga teroris) kemarin tahu ya, yang ada (barang bukti) bom. Dua bulan sebelum kejadian saya mau masuk, tidak diterima sama lembaga dakwah kampusnya, kejadian, baru sekarang manggil (saya) rektornya minta ketemu,” paparnya.

“Di universitas di Bogor kalian tahu itu, ada pengkaderan-pengkaderan itu. Jadi fokuslah kalian (mahasiswa) ini (menyelesaikan pendidikan), jangan dibuat main-main,” ujarnya.

Suhardi juga memaparkan paham radikal negatif yang menyusup ke tingkat dekan.

“Saya punya deputi, dari Kopassus, pernah satu kali saya ditelepon, ‘Pak bahaya ini Pak’. Saya tanya ada apa, (dijawab) ‘ada dekan sudah terpilih jadi rektor tinggal pelantikan’,” kata Suhardi.

Suhardi melanjutkan anak buahnya di BNPT itu menyebut dekan tersebut terafiliasi dengan kelompok teroris di Suriah.

“Saya bilang jangan main-main, jangan dzalimi orang, saya minta cek ulang, saya juga telepon Pak Nasir. Dicek betul ternyata, anaknya pun sudah mati di sana (di Suriah), saya telepon Pak Nasir, ‘Pak Nasir batalkan Pak pelantikan’, dibatalkan. Bayangkan susupannya sampai situ, jadi bukan mahasiswa saja disusupi,” imbuhnya.

Suhardi kembali mengungkapkan di Jawa Tengah ada 5 mahasiswa yang memasang spanduk yang tulisannya mengandung unsur radikal negatif.

“Saya telepon Kapolda (Jateng) minta periksa ulang, ini ada benih-benih nggak bener di republik ini, diperiksa ulang lima mahasiswa ini. Jadi tolong (mahasiswa) ingat kembali Sumpah Pemuda, perkuat karakter kebangsaan,” terangnya.

Suhardi menegaskan BNPT bukan tanpa alasan jika ingin masuk ke dalam kampus. “Kalau kami mau masuk berarti ada sesuatu yang harus diluruskan. Karena infiltrasi itu sudah masuk ke mana-mana,” tandasnya.

“Saya juga minta screening scholarship, jangan sampai membawa pulang ke Indonesia ajaran-ajaran menyimpang,” pungkasnya.

Sumber: Detik.com

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru