Harakatuna.com – M. Saefudin Umar, atau yang lebih dikenal sebagai Abu Fida, adalah seorang mantan narapidana terorisme yang kisah hidupnya mencerminkan perjalanan panjang dari ekstremisme menuju rekonsiliasi dan cinta terhadap bangsa. Ia pernah menjadi deklarator ISIS di Indonesia pada tahun 2014, sebuah peran yang menempatkannya dalam posisi kontroversial di tengah masyarakat. Namun, perjalanan hidupnya mengalami perubahan besar setelah melewati proses introspeksi yang mendalam selama di penjara.
Dalam sebuah momen yang menggetarkan hati, Abu Fida memimpin upacara di sebuah area galian C. Ia berdiri di hadapan para penambang dengan latar belakang bendera merah putih yang berkibar. “Dulu saya memandang bendera ini dengan kebencian, tapi hari ini saya berdiri di sini memimpin upacara dengan hati yang bergetar dan mata berkaca-kaca,” ungkapnya. Kalimat ini menjadi simbol transformasi emosional yang telah ia lalui—dari seseorang yang membenci simbol negara hingga menjadi individu yang menghormatinya dengan sepenuh hati.
Keheningan menyelimuti upacara tersebut saat lagu Indonesia Raya berkumandang. Abu Fida memimpin dengan penuh khidmat, menciptakan suasana yang mengharukan. Para penambang yang masih mengenakan pakaian kerja berdiri tegak bersama, menyaksikan sosok yang dulunya dianggap sebagai ancaman kini berdiri sebagai pemimpin dalam momen kebangsaan. Hal ini menandai perjalanan batin yang tidak mudah bagi Abu Fida.
Perjalanan perubahan ini bukanlah hal yang instan. Dari balik jeruji penjara, Abu Fida belajar banyak tentang arti perjuangan, pengorbanan, dan makna sejati dari persatuan bangsa. Penjara menjadi tempat baginya untuk merenungi ideologi yang pernah ia anut, membuka ruang untuk introspeksi, dan menemukan kembali esensi dari nilai-nilai kebangsaan yang selama ini ia abaikan.
Kini, Abu Fida menjadi bagian aktif dalam program deradikalisasi. Ia bukan hanya menjadi peserta, tetapi juga tokoh yang memberikan inspirasi bagi orang lain yang pernah terjebak dalam ekstremisme. Dengan penuh kesadaran, ia berbagi pengalaman dan menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin terjadi jika seseorang mau membuka hati dan pikirannya.
Transformasi yang dialami oleh Abu Fida adalah bukti bahwa perjalanan hidup seseorang tidak harus berakhir dengan kesalahan masa lalu. Melalui usaha yang tulus dan dukungan yang tepat, ia berhasil melepaskan diri dari belenggu ideologi radikal yang pernah ia yakini. Kini, ia berdiri tegak sebagai individu yang memahami pentingnya persatuan dan cinta terhadap tanah air.
Dalam upacara tersebut, Abu Fida menunjukkan kepada dunia bahwa bendera merah putih bukan lagi simbol kebencian baginya. Sebaliknya, ia melihatnya sebagai lambang persatuan dan harapan baru. Perasaan haru yang ia rasakan saat memimpin upacara menunjukkan betapa dalamnya perubahan yang telah ia alami, baik secara emosional maupun spiritual.
Momen itu tidak hanya berharga bagi Abu Fida, tetapi juga bagi masyarakat yang menyaksikannya. Mereka melihat bagaimana seseorang yang pernah berada di titik terendah dapat bangkit dan menjadi simbol harapan. Kehadiran Abu Fida membawa pesan penting bahwa siapa pun yang bersedia berubah dapat berkontribusi pada perdamaian dan persatuan.
Transformasi Abu Fida juga menjadi cerminan keberhasilan program deradikalisasi yang bertujuan membantu mantan pelaku ekstremisme untuk kembali ke masyarakat. Dalam perannya saat ini, ia tidak hanya menunjukkan perubahan diri, tetapi juga membantu menyebarkan pesan toleransi dan persatuan di tengah masyarakat yang beragam.
Bagi Abu Fida, perjalanan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari babak baru dalam hidupnya. Dengan semangat baru, ia terus berupaya memperbaiki dirinya dan menjadi bagian dari solusi bagi masyarakat. Ia percaya bahwa kontribusi sekecil apa pun dapat memberikan dampak besar jika dilakukan dengan niat yang tulus.
Pengalaman hidup Abu Fida mengajarkan kita bahwa manusia tidak pernah terlalu jauh untuk kembali ke jalan yang benar. Setiap individu memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, terlepas dari seberapa kelam masa lalunya. Dengan hati yang terbuka, perubahan itu mungkin dan dapat membawa dampak positif bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Kisah Abu Fida adalah pengingat bahwa ideologi yang memecah belah hanya akan membawa kehancuran. Sebaliknya, cinta terhadap tanah air, penerimaan, dan persatuan adalah fondasi yang harus terus dijaga. Dalam perjalanan hidupnya, ia menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian mungkin terjal, tetapi hasilnya sepadan dengan perjuangan.
Kini, Abu Fida tidak hanya dikenal sebagai mantan narapidana terorisme, tetapi juga sebagai simbol perubahan dan harapan. Ia membawa pesan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk berubah menjadi lebih baik, asalkan diberi kesempatan dan dukungan yang tepat. Sosoknya menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin bangkit dari masa lalu kelam.
Dengan langkah yang mantap, Abu Fida melangkah maju, meninggalkan masa lalu yang suram dan membawa harapan baru bagi masa depan. Ia telah menunjukkan kepada dunia bahwa bahkan dari abu kehancuran, seseorang dapat bangkit dan bersinar, memberikan manfaat bagi masyarakat dan bangsa.[] Shallallahu ala Muhammad.