29.7 C
Jakarta

Merawat Kemerdekaan Berpikir di Negara Indonesia, Bagaimana Caranya?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMerawat Kemerdekaan Berpikir di Negara Indonesia, Bagaimana Caranya?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Indonesia itu dibangun di bawah kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan ini maksudnya kebebasan bangsa ini menyampaikan gagasannya guna tegaknya negara ini. Penyampaian gagasan ini jelas berbentuk kritik yang membangun, bukan kritik yang bernada kebencian.

Kritik-mengkritik itu hal yang biasa dalam suatu negara. Perhatikan saja bagaimana Abdullah putra Umar bin Khattab mengkritik bapaknya yang pada waktu itu menjabat sebagai pemimpin suatu negara. Abdullah mengkritik kebijakan Umar yang menurutnya terlambat mengesampingkan teks dan menghadirkan peran akal.

Kritik Abdullah ditanggapi dengan pemikiran yang cukup terbuka oleh Umar, sehingga di situ terjadilah diskusi dan menghasilkan keputusan hukum bahwa pencuri yang murni karena kemiskinan tidak perlu mendapatkan hukuman potong tangan.

Keterbukaan berpikir ini juga ditemukan di Indonesia sebagai negara yang cukup plural. Bukti keterbukaan Indonesia adalah sikap pluralitas itu sendiri. Di sana ada lima agama yang berbeda dan saling bergandengan. Bahkan, di sana ada organisasi yang berbeda yang saling bersinergi.

Keterbukaan ini adalah bukti bahwa negara ini merdeka dari belenggu pemikiran. Hal ini tentu menjadi kritik terhadap penjajah Belanda dan Jepang tempo dulu yang mana mereka melarang pribumi menyatakan hak berpendapat. Pribumi dituntut menjadi robot yang diatur gerak hidupnya.

BACA JUGA  Tafsir Lingkungan di Tengah Kebijakan Penguasa

Kemerdekaan berpikir ini baru terjadi di Indonesia semenjak pribumi berhasil menyingkirkan penjajahan Belanda dan Jepang. Kemerdekaan ini jangan sampai hilang setelah para pejuang menitipkan kepada kita. Satu-satunya cara untuk merawat kemerdekaan berpikir ini adalah kesadaran pada masing-masing bangsa ini bahwa hidup ini terbentuk dari perbedaan: ada barat dan ada timur, ada laki-laki dan ada perempuan, dan seterusnya.

Maka, jika ada bangsa ini yang tertutup dari perbedaan dan membenci siapapun yang menyampaikan pendapatnya yang berbeda dengan dirinya, maka sejatinya orang ini sedang terbelenggu dalam penjajahan hawa nafsunya. Orang seperti ini perlu dinasehati dan jika mereka tetap pada pendiriannya, maka kita harus menjaga jarak agar virus ketertutupan berpikir itu tidak menular pada diri kita.

Sebagai penutup, Indonesia adalah rumah bersama yang dibangun di tengah perbedaan. Tidak mungkin aturan itu harus diterima oleh semua orang. Yang terpenting, prinsip kemerdekaan berpikir tidak boleh hilang pada jiwa bangsa ini agar negara tetap tegak di atas kemerdekaan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru