25.3 C
Jakarta

Kenangan Bersama KH Hasyim Muzadi

Artikel Trending

Kenangan Bersama KH Hasyim Muzadi
image_pdfDownload PDF

Kenangan Bersama KH Hasyim Muzadi

Oleh: Prof. Dr. Nadirsyah Hosen, LLM.,PhD*

Pak Kiai Hasyim Muzadi (Allah yarham) kalau bicara pintar betul. Bicaranya kalem, tidak berapi-api, tapi khas ulama NU yang menyelipkan joke tanpa diduga dan membuat kita tertawa.

Banyak jokenya yang bertebaran. Saya kutip sebagian:

“Ilmu itu universal, bukan soal agama. Kristen belajar kedokteran ya jadi dokter. Orang NU gak belajar, ya jadi dukun.”

Di sini beliau menekankan pentingnya umat Islam untuk terus belajar dan jadi pintar. Banyak yang salah kaprah soal ilmu ini. Dikiranya kalau sudah belajar ilmu agama terus bakal paham semua ilmu. Peradaban Islam dulu maju lewat kecintaan pada ilmu. Kalau sekarang tertinggal dengan yang lain, ya itu karena pihak lain itu yang sekarang mencintai ilmu.

Beliau sering pula mengambil contoh kenapa negeri non-Muslim kok lebih nyaman, aman dan tertib. Seharusnya kan kita sebagai umat Islam bisa lebih menerapkan substansi ajaran Islam. Beliau melempar joke:

“Di Jepang barang yang hilang bisa ketemu. Di Indonesia, barang yang ada bisa hilang semua!”

Beliau tidak setuju kalau Islam-nya yang disalahkan, tapi beliau juga tidak mau kita umat Islam hanya ngeles dan lari dari kenyataan ini. Mungkin salah satu sebabnya karena kita sibuk berdebat soal dalil. Dalam konteks inilah beliau yang dua puluh tahun mendampingi Gus Dur, bercerita soal Gus Dur dan dalil:

“Gus Dur gak suka berdebat soal dalil. Saya tanya kenapa Gus? Kata beliau: ‘ngapain? lha kok kayak orang Arab saja dikit2 ndalil’

“Tapi”, lanjut Kiai Hasyim, “substansi yang diomongkan Gus Dur itulah dalil”.

Jadi Gus Dur lebih senang bicara esensi dalil daripada sekedar kutip ayat-hadits. Bagaimana menyampaikan esensi dalil kepada khalayak yang lebih luas agar paham substansi ajaran Islam itulah yang dikehendaki Gus Dur. Makanya wawasan Gus Dur luas –seluas relasi beliau yang merangkul semua pihak.

Sungguh pun begitu tetap saja Pak Kiai Hasyim terkejut sewaktu Gus Dur bilang akan jadi Presiden dan pasti jadi Presiden. Batas antara analisis, keyakinan seorang spiritualis, maupun sikap realistis menjadi kabur saat itu. Kenang Pak Kiai Hasyim pada momen itu:

 

“Gus Dur bilang akan jadi Presiden. Saya bingung. Gak masuk akal saya. Gimana caranya. Saya akhirnya cuma bisa bilang ‘amin-amin’ saja”.

Dan ternyata kejadian!

Pak Kiai Hasyim Muzadi mengatakan bahwa ketika bangsa ini tengah terancam benturan kelompok kanan dan kiri, muncullah moderasi Islam ala Gus Dur yang mengayomi semua pihak. Dan hebatnya Gus Dur lagi, menurut beliau, Gus Dur menjalankan moderasi Islam dan demokrasi tanpa kenal rasa takut.

Terakhir, Pak Kiai Hasyim Muzadi adalah seorang yang percaya dengan dakwah Islam yang moderat; Islam yang rahmatan lil alamin. Beliau menyinggung fenomena para da’i dan ustad yang kerjanya ngomel-ngomel dan hanya sibuk memoles tampilan agar terlihat Islami tapi mesej dakwah yang disampaikan meleset jauh dari esensi ajaran Islam.

Dengan jenaka Pak Kiai Hasyim Muzadi melempar jokenya yang bukan sekedar joke tapi bisa menggambarkan fenomena yang terjadi saat ini.

“Wali Songo mendakwahi yang kafir jadi Muslim. Tapi yang sudah Muslim sekarang sama ‘Wali Jenggot’ malah dikafir-kafirkan lagi.”

Ila hadrati ruhi Syekh Hasyim Muzadi…. al-Fatihah

 

*Penulis adalah Dosen Senior Monash Law School, tinggal di Australia

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru