25.4 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXXVI)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXXVI)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

60 HARI MELINTASI TURKI

***

Tulisan perbatasan Turki, dari jauh sudah nampak di pelupuk mata Senad, Senad merasa bahagia sekali bisa selamat dari terjangan badai salju di Bulgaria dan melewati Bulgaria dalam keadaan sehat. Cuaca ekstrim di Bulgaria membuatnya begitu berat melakukan perjalanan di negeri itu. Ia ingin secepatnya meninggalkan negeri itu dan memasuki Turki, negara keempat dari tujuh negara yang akan dilaluinya.

Sesampai di perbatasan Turki, sesudah melewati bagian pengecekan administrasi negara itu, Senad bersujud, mensyukuri segala karunia Allah yang diberikan kepadanya. Senad mengenal Turki sebagai negara yang dikenal sebagai republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu. Satu-satunya negara di dunia ini yang wilayahnya masuk ke dua benua, 95 persen wilayahnya atau 780.580 KM2 wilayahnya masuk ke benua Asia, sedangkan sisanya masuk ke benua Eropa.

Turki yang saat itu bernama Kerajaan Bizantium memang dikuasai Romawi selama empat abad. Kekuasaan Romawi dijatuhkan kaum Barbar. Pada masa inilah ibu kota kerajaan dipindahkan dari Roma ke Konstantinopel (Istanbul). Pada abad ke 12 Bizantium jatuh ke dalam kekuasaan kerajaan Ottoman yang dipimpin Raja Osman I, yang merupakan masa keemasan Turki pada masa itu.

Sebagai seorang akademisi, Senad banyak membaca buku termasuk di dalamnya bagaimana Turki di masa pemerintah Turki Ottoman yang begitu kuat memperoleh pengaruh Islam. Bahkan sepeninggal Khulafaur Rasyidin, Turki menjadi Khalifah Islamiyah di bawah dinasti Utsmaniyah dengan wilayah yang meliputi jazirah Arab, Balkan, Hongaria, hingga kawasan Afrika Utara. Namun kekhalifahan itu hancur karena perebutan kekuasaan di dalamnya yang melibatkan intervensi negara asing. Masa kejayaan itu menyiratkan rasa kagum tersendiri di hati Senad terhadap kepemimpinan dunia Islam pada masa itu.

Perlawanan terhadap campur tangan negara asing yang dipimpin oleh Mustofa Kemal, berubah menjadi penentangan terhadap kekuasaan Khalifah. Momen kehancuran Khilafah Islamiyah sendiri terjadi saat rakyat Turki melalui wakil-wakilnya mengeluarkan Piagam Nasional atau (al-Mitsaq al Wathoni) membuat Senad merasa sedih. Ia membayangkan andai Turki Utsmaniyah masih berdiri, betapa luas pengaruh Islam di Eropa saat ini.

Namun sejarah adalah cermin, gumannya, dari situlah Allah mentakdirkan negara Turki menjadi sebuah negara tersendiri terpisah dari wilayah-wiayah yang dahulu merupakan kesatuan dari Khilafah Islamiyah. Dan pada tahun 1923 disepakati berdirinya negara Turki dengan batas-batas wilayah seperti saat ini. Laut hitam di utara; Irak, Suriah dan Laut Tengah di selatan, Laut Aegea di Barat dan Iran serta Rusia di timur. Negara Republik dengan ibukota Ankara pun resmi berdiri pertama kali dalam sejarah.[1]

Sesudah melewati perbatasan, antrian masyarakat Turki, terutama yang tinggal di perbatasan panjang membentang menyambut kedatangan Senad. Pemberitaan mengenai Senad selama melakukan perjalanan di Bulgaria membuat mereka kuatir akan kesehatan dan keselamatan Senad. Mereka kuatir badai salju membuat Senad mati membeku.

Ketika mereka mendengar Senad selamat dan sehat, mereka menanti Sang Pejalan Kaki menuju Allah itu di perbatasan antara Turki dan Bulgaria. Senad sangat terkesan sekali dengan penyambutan itu, ia seakan berada di kampungnya sendiri, di mana semua warga begitu hangat menyambutnya dengan takbir, tasbih, dan kumandang,”Kami mencintaimu Senad, kami mencintai Bosnia,” ucap mereka penuh kebahagiaan.

Senad menyalami mereka satu persatu. Walau begitu capek dan lelah badannya tapi ia begitu bahagia menyalami semua yang menyambutnya. Beberapa di antara mereka memeluk Senad penuh kehangatan. Segala rasa capek selama perjalanan di Bulgaria seakan sirna dengan kehangatan sambutan masyarakat Turki. Semua hari berat yang dilaluinya menjadi menarik untuk dijalani, baik yang telah berlalu mau pun yang akan menghadang di depan. Bagi Senad, dalam perjalanan menuju NUR ILAHI ini, tidak ada hari yang mudah, semua hari begitu sulit ia jalani. Namun baginya begitu menarik untuk dilalui dan akan menjadi hari-hari terbaiknya selama ia hidup di dunia ini. ***

[1] www.websejarah.com

Ikuti penulis di:

Wattpad:birulaut_78

Instagram: mujahidin_nur

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru