25.9 C
Jakarta
Array

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXX)

Artikel Trending

5700 KM Menuju Surga (Bagian XXX)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

SENAD PAMIT, MAAFKAN SENAD

***

Rencana Senad untuk menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki menjadi bahan perbincangan dari mulut ke mulut. Mulai dari keluarga besar Senad, komunitas jamaah masjid di mana Senad biasa melakukan shalat, dan akhinrya menyebar dan menjadi perbincangan umat Islam di Banovici. Sebagian memandang rencana Senad dengan pandangan positif. Kagum dan haru dengan keimanan dan keyakinan Senad. Tapi sebagian lain ada juga yang menganggap rencana laki-laki berumur 47 tahun itu sebagai rencana gila. Tapi apa pun pandangan mereka, mereka senantiasa memberikan dukungan doa dan keselamatan.

Sehubungan dengan keberangkatan Senad untuk menunaikan ibadah haji, banyak tamu yang bersilaturahmi ke rumah Senad, sehingga membuat rumah itu dari sedari pagi selalu dipenuhi orang yang datang dari berbagai sudut kota Banovici, mereka ingin mengucapkan selamat kepada Senad dan berusaha meneguhkan hati Aqueen dan anak-anaknya dalam menghadapi proses ibadah suaminya yang dilakukan dengan cara yang luar biasa dan berbeda ini.

Senad begitu bahagia dengan banyaknya dukungan dan doa umat Islam Banovici, dia sangat bersyukur sekali atas semua karunia Allah yang diberikan kepadanya. Tanpa terasa waktu maghrib sudah tiba, menurut rencana usai menjalankan shalat Isya nanti, Senad akan memulai perjalanan yang sering dia katakan sebagai perjalanan menuju ‘NUR ILAHI’ sebuah perjalanan yang akan menjadi rekor perjalanan kaki terlama di dunia dengan tanpa perbekalan makanan atau uang.

Senad masih terlihat begitu tegar, walau waktu keberangkatannya sudah hampir tiba. Sementara Aqueena dan anak-anaknya tidak kuasa menahan kesedihan mereka. Melepas ayahanda tercinta untuk berjalan kaki siang malam, menempuh jarak ribuan KM, di tengah menggilanya udara musim dingin, melewati gurun pasir nan luas dan tak bertuan, dan yang lebih membuat hati Aqueena dan anak-anaknya kuatir dan sedih adalah karena Senad tidak membawa uang dalam perjalanan yang akan dia lakukan. Sungguh hal itu begitu menyesakkan dada.

***

Senad memeluk anak-anaknya satu persatu. Matanya mulai terasa hangat. Sebenarnya ingin sekali ia menangis. Sebagai seorang ayah, meninggalkan kedua anak yang begitu ia cintai bukanlah perkara yang mudah baginya. Ia pasti akan merindukan mereka semua. Namun ia berusaha menahan tangisnya walau pun air mata sudah mulai menyusuri sudut matanya. Hatinya tidak bisa dibohongi. Tapi ia berusaha menyembunyikan semua itu. Ia tidak mau tangisannya membuat anak-anaknya makin tak kuasa melepas dia malam itu.

Sesudah berpamitan dan memeluk anaknya satu persatu, Senad mendekati isterinya yang sedari tadi sudah menangis. Ia memandang wajah perempuan yang sudah memberikan dua orang anak dalam hidupnya. Wajah itu begitu tulus dan qudus. Ia tatap mata biru Aqueena yang kini sudah digenangi air mata. Ia membelai-belai kepala isterinya, mengecup keningnya lembut, untuk kemudian memeluknya erat. Erat sekali. Senad merasa seakan sudah sekian lama ia tidak bersua denga mawar indah yang senantiasa sabar dan setia mendampingi hidupnya.

Ia merasa belum pernah merasakan perasaan rindu dan kangen kepada isterinya, melebihi perasaan rindu dan kangennya saat itu. Lama sekali dia mendekap erat isterinya membuat semua orang yang melihat merasa haru dan beberapa di antara mereka ikut berlinangan air mata. Di dalam dekapan isterinya, Senad tidak sanggup untuk menahan tangisnya. Ia menangis dalam pelukan isterinya dengan tangisan yang ditahan-tahan. Terdengar begitu memilukan.

Sementara Aqueena hanya bisa menangis sesenggukan. Hatinya begitu sedih malam itu. Berat sekali ia melepas kepergian suaminya. Andai keberangkatan suaminya bisa dibatalkan sampai hatinya kuat, tentu ia akan sangat bahagia. Tapi kelihatannya semua sudah terlambat, ia meminta pun takkan membuat situasi menjadi berubah. Ia hanya bisa menangis dan menangis sebisa mungkin untuk membuat hatinya lega.

“Abi hati-hati bawa diri, kabarin umi selalu,” pinta Aqueena dengan suara terbata-bata. Ia tidak mampu melanjutkan kalimatnya, untuk kemudian larut kembali dalam tangis yang menyayat hati. Senad tak kuasa menahan kesedihannya. Ia mendekap isteriya. Dengan isak tangis dia mengatakan dengan lirih,

“Abi minta maaf umi. Minta maaf apabila selama ini abi punya salah. Umi jaga diri baik-baik dan doakan abi selalu.” Senad melepas pelukannya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dia kemudian memeluk adiknya Enisa, dan juga kakak-kakaknya untuk kemudian memeluk dan menyalami semua yang hadir. Senad meminta restu dan doa kepada semuanya.

Bulan di atas langit Banovici menggantung dengan anggun. Serpihan awan putih yang mengitarinya seakan sedang menyelimuti purnama nancantik malam itu. Cahayanya memendar-mendar ke wajah semua orang yang melepas Senad malam itu. Kerlip gemintang di gugusan bima sakti memperindah suasana malam itu, walau angin malam mulai menusuk tulang belulang. Kesedihan begitu nyata terlihat menyelimuti hati semua orang yang hadir. Suara azan dan iqomah berkumandang, untuk kemudian ditingkahi dengan doa. Senad kembali memeluk isteri dan anak-anaknya kemudian perlahan dengan tongkat kayu di tangannya dia berjalan pelan sambil mulutnya lirih mengatakan kepada semua yang hadir,”Senad pamit, maafkan Senad.”

Senad berlalu meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Sedih,pilu, berat itulah yang dirasakannya. Setiap ia mengayunan kakinya, ia merasa seperti langkah ibunda Aminah dan Muhammad kecil ketika mereka berdua menjiarahi puasara ayahnya di tengah padang pasir Abwa. Andai Allah mengijinkan, mereka ingin berlama-lama di pusara Abdullah dan melepaskan rindu kepada orang yang sangat dicintainya itu. Namun malaikat Jibril menyuruhnya untuk pergi dan secepatnya kembali ke Mekah. Dalam hati Senad pun, ketika ia akan meninggalkan Banovici, ia merasa  ingin lebih lama lagi bersama keluarganya, tapi ia merasa Allah memintanya untuk pergi dan secepatnya meninggalkan keluarganya untuk menuju ke Mekah.  “Labaik Allahmu labaik, mencintai-Mu ya Allah membuatku tidak mengerti akan ini dan itu, aku hanya mabuk dengan secawan anggur cinta-Mu.”  Ucap Senad pelan sambil melangkahkan kakinya di tengah keremangan malam sampai tubuhnya menghilang dari pandangan mata semua orang yang melepasnya.***

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru