28.9 C
Jakarta
Array

4 Kondisi yang Menjadikan Kematian Menjadi Sebuah Kenikmatan

Artikel Trending

4 Kondisi yang Menjadikan Kematian Menjadi Sebuah Kenikmatan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap yang bernyawa akan merasakan (mengalami) kematian (Qs. Ali Imran, 185). Entah itu raja, presiden, bahkan orang kondang yang memiliki ilmu kekebalan sekalipun, semua akan mati tanpa terkecuali (Qs. Al-Hijr, 15).

Sekalipun manusia menghindar ke kutup utara pun, ia tidak akan bisa menghindari ajalnya. Sebagaimana firman-Nya:

أَيۡنَمَا تَكُونُواْ يُدۡرِككُّمُ ٱلۡمَوۡتُ وَلَوۡ كُنتُمۡ فِي بُرُوجٖ مُّشَيَّدَةٖۗ وَإِن تُصِبۡهُمۡ حَسَنَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٞ يَقُولُواْ هَٰذِهِۦ مِنۡ عِندِكَۚ قُلۡ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثٗا ٧٨

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.” (Qs. An-Nisa’,78).

Bagi sebagian besar orang, kematian adalah hal yang menakutkan. Menakutkan karena ia banyak dosa, amal kebaikan belum seberapa. Orang semacam ini takut menghuni neraka yang apinya menyala-nyala. Ada juga orang takut mati karena tidak rela harta kekayaannya, yang ia perjuangkan susah-payah, ditinggalkan begitu saja. Orang macam ini disebut sebagai orang yang cinta dunia hingga ia takut mati. Dan tentu ada alasan-alasan lain yang menjadikan kematian adalah sesuatu yang menakutkan.

Hanya sebagian kecil saja yang menganggap bahwa kematian adalah kenikmatan. Terkait hal ini, Badi’uzzaman Said Nursi (Ulama Turki) dalam Al Ma’tubat menjelaskan empat kondisi kematian menjadi suatu nikmat.

Pertama, kematian menyelamatkan manusia dari beban dan tugas kehidupan dunia serta dari berbagai taklif hidup yang berat. Menurut pandangan kaum sufi, kematian adalah penghubung kebahagiaan yang nyata. Saat bersamaan juga sebagai mdia untuk bertemu dengan orang yang dicinta di alam barzakh. Dengan demikian, kematian adalah sebuah kenikmatan.

Kedua, kematian mengeluarkan manusia dari penjara dunia yang gelap, sempit, dan penuh kesulitan untuk  masuk ke dalam wilayah rahmat Dzat yang dicinta dan kekasih abadi.

Sebagaimana yang lazim kita ketahui bahwa dunia begitu ganas dan sempit. Air yang disediakan Sang Pencipta yang begitu berlimpah, untuk mendapatkannya harus beli, kalau toh tidak mau beli dengan harga mahal, manusia harus bersusah-payah mendapatkan air bersih guna untuk melangsungkan kehidupan di dunia. Dunia juga bak penjara yang sempit dan penuh dengan tipu muslihat. Sementara kondisi yang sangat jauh berbeda ada di alam baka. Ya. Di akhirat kelak, manusia tak lagi sush payah mencari pekerjaan guna membeli makan dan minum. Di alam yang kekal dan luas ini (surga-red), makanan dan minuman serta “tetek bengek” lainnya disediakan, tinggal minta, langsung ada di depan mata.

Nah, untuk brada di alam yang jauh dari kerisausan dan balutan kesedihan ini adalah meninggal dunia. Tentu tidak sekedar orang meninggal duni langsung mendapatkan kemikmatan tersebut. Artinya, hanya orang yang ketika di dunia rajin ibadah, sedekah dan amal shaleh lainnya.

Ketiga, masa tua dan sejenisnya termasuk faktor yang membuat kehidupan menjadi sulit. Dari kondisi tersebut terlihat betapa kematian merupakan sebuah kenikmatan yang melebihi kenikmatan yang ada di dunia dan seisinya.

Mari kita sejenak membayangkan betapa susahnya kehidupan kakek-kakek atau nenek-nenek yang sudah lanjut usia. Kondisi gigi yang tak utuh lagi menjadikan mereka menghindari makan yang lezat, seperti sate dan sejenisnya. Tiap hari makanan yang masuk ke dalam mulut hanya bubur dan makanan lembut lainnya. Bahkan tidak jarang nenek-nenek atau kakek-kakek hanya bisa berdiam di ranjang; makan, minum, dan buang air kecil dan besar pun di tempat. Dengan begini, engkau memahami betapa kehidupan dunia hanyalah bencana.

Dalam penjelasan Said Nursi, kondisi ketiga ini, yakni dapat mengetahui sejauh mana rahmat dalam kematian dan sejauh mana kesulian yang terdapat dalam langgengnya kehidupan, diibaratkan serangga yang menyukai bunga-bunga indah saat hawa dingin menyengat datang menyerang mereka di musin dingin.

Terakhir, sebagaimana tidur merupakan kelapangan dan rahmat bagi manusia; terutama bagi mereka yang mendapatkan cobaan, sakit, luka dan sejenisnya. Kematian merupakan rahmat Allah dan nikmat besar bagi mereka yang mendapat cobaan besar yang terkadang mem buat yang bersangkuan bunuh diri. [n].

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru