Harakatuna.com – Jakarta—Peringatan dua dekade Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (15/2), menjadi momentum reflektif bagi kiprah lembaga ini dalam membumikan ajaran Al-Qur’an di tengah masyarakat yang semakin plural. Pendiri PSQ, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, menegaskan bahwa tantangan utama bukan sekadar mengenalkan Al-Qur’an, tetapi memastikan nilai-nilainya benar-benar meresap dalam kehidupan sehari-hari.
“Semua orang sudah mengenal Al-Qur’an, tetapi ajarannya belum tentu membumi. Itulah yang kita inginkan, agar masyarakat benar-benar memahami ajaran Al-Qur’an dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Sebagai lembaga kajian Al-Qur’an yang telah berkiprah selama dua dekade, PSQ terus melakukan berbagai inovasi, termasuk dalam pengembangan tafsir. Prof. Quraish menekankan pentingnya pembaruan tafsir agar selalu relevan dengan dinamika zaman.
“Saya kira apa yang saya tulis dan katakan 20 tahun lalu sudah berbeda. Sebagian yang saya tulis tidak sejalan dengan pendapat ulama masa lalu. Dan sekarang, apa yang saya tulis bisa jadi tidak sejalan dengan masa sekarang. Karena itu, tafsir harus terus diperbarui dan dikontekstualisasikan,” jelas penulis Tafsir Al-Mishbah.
Lebih lanjut, Prof. Quraish juga menyampaikan harapannya agar PSQ menjadi kawah candradimuka bagi para mufassir masa depan. “Saya berharap akan lahir calon-calon mufassir dari Pusat Studi Al-Qur’an yang mampu menjawab tantangan zaman dengan pendekatan yang kontekstual dan relevan,” imbuhnya.
Salah satu pencapaian monumental PSQ dalam dua dekade terakhir adalah penerjemahan Tafsir Al-Mishbah ke dalam bahasa Inggris. Hal ini diungkapkan oleh Dewan Pakar PSQ, Ulil Abshar Abdalla, yang menilai bahwa karya tafsir ini layak dibaca oleh masyarakat global.
“Saat ini penerjemahan sudah memasuki tahap penyuntingan dan pencarian penerbit di Barat. Ini menjadi upaya untuk memperkenalkan tafsir dari Indonesia ke audiens internasional,” jelasnya.
Menurut Gus Ulil, kehadiran Tafsir Al-Mishbah merupakan pencapaian besar dalam khazanah tafsir di Indonesia. “Sudah banyak tafsir dalam bahasa lokal yang ditulis di Indonesia, tetapi Tafsir Al-Mishbah memiliki pendekatan yang lebih kontekstual dan aplikatif, sehingga sangat layak dirayakan oleh masyarakat,” tambahnya.
Acara peringatan 20 tahun PSQ ini mengusung tema “Membumikan Al-Qur’an” dan menghadirkan berbagai tokoh, termasuk Menteri Agama sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Najwa Shihab, Habib Jindan bin Novel, Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Habib Husein Ja’far Al Hadar, serta komika Boby Al-Mahbub. Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga malam hari ini diisi dengan beragam acara, mulai dari maulid dan tabligh akbar, seminar Al-Qur’an, talkshow interaktif, hingga diskusi panel.
Dalam refleksi perjalanan PSQ, Prof. Quraish Shihab menegaskan bahwa tugas membumikan Al-Qur’an bukan hanya tugas para akademisi, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. “Kita tidak cukup hanya mengenal teks, tetapi juga harus memahami konteks dan menerapkannya dalam kehidupan,” pungkasnya.
Dengan berbagai pencapaian ini, PSQ diharapkan terus menjadi mercusuar dalam studi Al-Qur’an yang tidak hanya akademik tetapi juga aplikatif dan kontekstual bagi masyarakat luas. [Khr]