27.1 C
Jakarta
Array

Ulama-Umara: Kerja Bersama Melawan Terorisme

Artikel Trending

Ulama-Umara: Kerja Bersama Melawan Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ulama-Umara: Kerja Bersama Melawan Terorisme

Oleh: Mohammad Sholihul Wafi*

Diakui atau tidak, kehadiran gerakan terorisme dan radikalisme telah membuat negara-negara di dunia merasa terancam, tanpa terkecuali Indonesia. Di Indonesia, gerakan tersebut mewujud dalam aksi teror bom seperti yang terjadi di Plasa Atrium Senen Jakarta (2001), KFC dan Mc Donald’s Makassar (2002), Mal Ratu Indah Makassar (2002), dan di Kedubes Filipina (2002). Peristiwa lainnya adalah bom Bali I (12 Oktober 2002), bom Kafe Sampodo Indah Palopo (2004), bom Kedubes Australia (9 September 2004), bom Bali II (1 Oktober 2005), bom Pasar Maesa Palu (2005), bom Hotel Rizt Calrton dan JW. Marriott (17 Juli 2009), bom Kantor Polres Cirebon (2011), percobaan bom bunuh diri di Medan dan Tangerang beberapa waktu yang lalu, serta teror bom di Gereja Oikumene, Samarinda (13/11).

Tidak hanya itu, gerakan teroris “Islamic State of Iraq and Syiria” (ISIS) yang belakangan ini makin menjadi perhatian dunia internasional juga kini telah merambah ke Indonesia. Ditambah lagi, semakin menguatnya indikasi kelompok-kelompok yang anti-Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Mereka mengampanyekan Negara Khilafah dan akan membentuk Daulah Islamiyah atau Negara Islam.

Tentu saja, hal ini sangat mengkhawatirkan masyarakat dan mengamcam keutuhan NKRI. Untuk itu, teorisme dan radikalisme tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang. Pemerintah dan tokoh masyarakat yang cinta pada nilai-nilai luhur agama dan NKRI harus bersikap dan bergerak mengantisipasi dan menghentikan aksi yang meresahkan tersebut.

Dalam konteks ini, sinergitas ulama–umara (pemerintah) amat penting dilakukan dalam menjaga kedamaian dan keutuhan NKRI. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa ada dua golongan manusia, apabila dua golongan ini baik hubungannya, maka umat manusia akan menjadi baik. Jika mereka tidak baik hubungannya, maka umat manusia pun menjadi tidak baik. Kedua golongan itu adalah ulama dan umara.

Peran Ulama

Ulama sebagaimana makna terminologis Bahasa Arab, adalah orang-orang yang memiliki wawasan keilmuan. Tidak peduli apakah itu ilmu agama, ataupun ilmu umum. Selagi dia memiliki wawasan mendalam, maka kita bisa sebut dia sebagai seorang ulama. Hanya saja, di Indonesia, sosok ulama sering kali dikultuskan dengan orang yang memiliki wawasan keagamaan Islam yang tinggi. Hal ini karena hadits Nabi Muhammad yang mengatakan, “ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Tirmidzi), maka hanya orang yang memiliki wawasan keagamaan yang tinggilah yang dapat disebut ulama.

Terlepas dari itu semua, ulama tentulah seorang intelektual yang memiliki kesadaran, wawasan tinggi, dan pengaruh di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, ulama memiliki peran strategis dalam perlawanan terhadap terorisme dan radikalisme yang kini sedang berkembang dan mengancam keutuhan NKRI. Tanpa ulama, bagaimanapun upaya pemerintah bisa jadi akan gagal di tengah jalan. Hal ini karena sampai saat ini, doktrin yang paling mudah diterima adalah doktrin ulama keagamaan.

Karenanya, setidaknya ulama perlu memberikan wawasan tiga hal kepada masyarakat dalam menjaga kedamaian dan keutuhan NKRI. Pertama, memberikan pemahaman bahwa manusia adalah makhluk yang harus berperilaku harmonis. Dalam bahasa Arab, manusia disebut sebagai “insan” yang berasal dari kata Anas, Anis, Anisa. Yang artinya, harmoni, intim, akrab, bersahabat, saling menyukai, dan mencintai. Jadi, di pundak manusia ada amanah yang harus diimplementasikan, yakni “insaniyah”, kemanusian yang harus hidup harmonis, ramah, saling menghormati, menghargai, dan mencintai. Oleh karena itu kekerasan, radikal, tindakan ekstrimis, dan teror adalah jelas merupakan musuh insaniyah.

Kedua, memberi pemahaman bahwa agama harus “rahmatan lil ‘alamin” (rahmat bagi sekalian alam). Artinya, agama bukan hanya persoalan teologi dan ritual ibadah. Agama juga berkaitan dengan ilmu pengetahuan, peradaban, budaya dan kemanusiaan. Sehingga, ulama jangan sampai salah dalam memberi pemahaman tentang jihad dalam agama. Ketiga, NKRI dan Pancasila merupakan keputusan final yang wajib dipertahankan. Karena, ini adalah satu-satunya solusi yang paling ideal saat ini dalam menjaga kedamaian dan keutuhan NKRI yang kompleks dengan keberagaman.

Peran Umara

Umara adalah institusi pemerintahan yang mengemban amanah rakyat. Tentu saja, ia memiliki keharusan menyampaikan amanah tersebut mewujudkan Indonesia sejahtera, berkeadilan, bersatu, dan berdaulat. Jangan sampai karena ketidakmampuan umara dalam meyampaikan harapan rakyat, rakyat menjadi tidak puas dan melampiaskannya dengan terlibat dalam praktik-praktik gerakan terorisme dan radikalisme. Sembari di sisi lain, pemerintah juga perlu bersinergi dengan ulama melakukan sosialisasi bahayanya terorisme dan radikalisme.

Disinilah kedua elemen penting tersebut, perlu kerja bersama, bersatu dan bersinergi mencegah radikalisme dan terorisme. Umara melakukannya lewat mewujudkan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sementara, ulama turun ke basis masyarakat menyampaikan bahayanya terorisme, terorisme, dan perpecahan NKRI.

*Penulis adalah Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru