27.6 C
Jakarta
Array

Tujuh Puluh Dua Bidadari untuk Jihadis NKRI

Artikel Trending

Tujuh Puluh Dua Bidadari untuk Jihadis NKRI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saat ini, Indonesia membutuhkan banyak jihadis. Yang dimaksud dengan jihadis adalah mereka yang bersungguh-sungguh mengeluarkan seluruh daya dan kemampuannya untuk menjaga tegaknya NKRI.  Jika pendahulu kita telah susah payah mendirikan negara ini, maka penerusnya juga wajib berletih-lelah mempertahankan kemerdekaan ini. Merujuk penjelasan dari Quraish Shihab, kata jihad berasal dari bahasa arab jahd yang bermakna kesulitan/kesukaran atau juhud (kemampuan). Makna ini menujukan jihad bukanlah perkara yang mudah sebab mensyaratkan sang muhahid berhadapan dengan aneka kesulitan dan kesukaran. Mujahid pun dituntut tidak berhenti sebelum kemampuannya berakhir atau cita-citanya terpenuhi. Itulah sebabnya saat merebut kemerdekaan, para pejuang bangsa (muhajid) berteriak lantang “Merdeka atau Mati” (quraishshihab.com).

Ayat Ayat Jihad

Janji Allah SWT terhadap para mujahid sungguh tidak main-main. Allah menjanjikan banyak kemuliaan bagi mereka yang gugur di jalannya. Dalam hadist riwayat Tirmidzi, rasulullah bersabda “Orang-orang yang mati syahid mendapatkan enam keistimewaan dari Allah; diampuni sejak awal darahnya tertumpah, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberikan keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberikan mahkota kemuliaan yang lebih baik dari seisi dunia, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan mendapatkan hak untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya.”

Hadist ini biasanya dipelintir oleh kelompok radikal untuk membenarkan makna jihad yang sempit. Yaitu makna jihad yang sekedar berperang fisik membela agama Allah. Padahal jika kita konsisten merujuk pada pengertian sebelumnya, siapapun yang mati saat berjuang membela kebenaran, apapun aktivitasnya, maka layak mendapatkan beragam kemuliaan itu. Apalagi banyak bidang kehidupan yang bisa dijadikan ladang untuk berjihad. Misalnya ada yang berjuang dengan pena (jihad bil qalam) seperti para wartawan dan penulis. Ada yang berjuang dengan perkataan (jihad bil lisan) seperti para guru dan pengajar saat menyampaikan pelajaran. Ada yang berjuang dengan perbuatan (jihad bil amal) seperti tukang bangunan, pedagang, dsb. Artinya siapapapun berhak mendapat predikat mujahid dan jika meninggal berpotensi mendapat predikat syahid.

Hadis Jihad

Pemahaman yang benar terhadap jihad perlu disampaikan agar konsep ini tidak dimonopoli dan ditunggangi oleh kelompok teror untuk mencoreng agama Islam. Pelaku-pelaku teror dan bom bunuh diri tidak bisa dianggap mati syahid sebab perilakunya justru bertentangan dengan hakekat perdamaian dalam Islam. Pada saat Haji Wada’, rasulullah berkata “Maukah kalian aku beritahukan tentang orang Mukmin? Yaitu yang mengamankan harta-harta dan jiwa-jiwa manusia, seorang Muslim menjadikan manusia lain selamat dari lisan dan tangannya, seorang mujahid yaitu orang yang berjihad dalam ketaatan kepada Allah, dan seorang Muhajir yaitu yang meninggalkan kesalahan-kesalahan dan dosa” (HR. Ahmad).

Coba perhatikan hadist di atas, rasulullah memberi penekanan bahwa seorang Mukmin dan Muslim memiliki keterkaitan erat untuk berbuat baik terhadap sesama. Lalu dilanjutkan pernyataan bahwa mujahid adalah mereka yang patuh terhadap perintah dan  larangannya. Maka merupakan kesalahan fatal jika ada yang mengaku sebagai mujahid tetapi kelakuannya menabrak aturan Allah.  Perhatikan  saja, jelas-jelas Allah melarang pembunuhan, tetapi masih ada yang membunuh dengan dalih perintah Allah. Sudah nyata Allah melaknat permusuhan, tetapi masih banyak yang gemar menyebarkan kebencian dengan alasan perintah Allah. Jenis orang/kelompok seperti inilah yang menjadikan citra Islam terus terpuruk. Mereka yang mengaku kaum beragama tetapi sifat dan perbuatannya jauh dari kesucian.

Setelah memahami hakekat jihad yang sebenarnya, maka seluruh warga negara Indonesia bisa menjadi mujahid untuk bangsanya. Siapapun dia dan apapun profesinya. Seorang santri yang tekun belajar kitab gundul setiap hari hingga kurang tidur adalah mujahid. Mahasiswa yang mengkaji dengan serius ideologi Pancasila dan mengamalkannya secara konsisten adalah mujahid. Aktivis media sosial yang tanpa lelah menangkal hoak permusuhan demi persatuan bangsa adalah mujahid. Kaum muda yang melakukan dialog lintas iman untuk menjaga perdamaian adalah mujahid. Mereka ini, jika suatu saat meninggal saat melakukan aktivitas positif untuk bangsa, layak disebut syuhada dan mendapatkan ganjaran 72 bidadari di surga.

Rachmanto, alumnus Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Sekolah Pascasarjana UGM.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru