29.1 C
Jakarta
Array

Terorisme Itu Kejahatan, Bukan Perintah Tuhan!

Artikel Trending

Terorisme Itu Kejahatan, Bukan Perintah Tuhan!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sekalipun malam natal kemarin (25/12/2017) tidak ada peristiwa teror bom meledak, namun ingatan publik terhadap peristiswa yang terjadi pada tahun 2000 silam masih belum lekas sembuh. Ya. Tepat pada tanggal 24 Desember 2000 lalu, Riyanto bersama empat sahabat lainnya mendapatkan tugas menjaga Gereja Eben Haezar Mojokerto. Riyanto, yang kala itu mengemban tugas dari Banser untuk menjaga malam perayaan natal, melakukan aksi heroik; ia membawa lari bungkusan hitam mencurigakan yang berada tepat di depan pintu gereja. Setelah ia buka bungkusan hitam tersebut, ternyata isinya adalah bom siap meledak. Mengetahui hal tersebut, Riyanto berteriak “tiaraaaappp!!!” sambil lari membopong (mendekap erat) bom siap meledak tersebut menjauh dari gereja yang di dalamnya terdapat jemaat yang sedang khusuk beribadah.

Akhirnya, bom tersebut meledak di pelukan Riyanto. Jangan tanya bagaimana keadaan tubuh Riyanto kala itu. Bunyi ledakan bom saja sudah sangat dahsyat, bahkan pagar beton saja roboh. Jari tangan dan muka sudah pasti tak berwujud karena hancur lebur. Ia meninggal demi menyelamatkan nyawa ratusan manusia. Aksi heroik Riyanto ini hingga kenang dan diabadikan dalam sebuah film berjudul Tanda Tanya.

Serentetan aksi bom bunuh diri terjadi. Setidaknya dalam satu tahun ini ada peristiwa bom yang menguncang publik, yaitu bom bunuh diri di Kampung Melayu tanggal 25 Mei 2017 kemarin yang diduga keras dilakukan oleh jaringan Jamaah Anshor Daulah (JAD).

Terhadap serangkain bom bunuh diri yang pernah terjadi di negeri ini, ada satu pemahaman yang melenceng. Bahwa menurut mereka, bom bunuh diri adalah perintah Tuhan guna mengakhiri kezaliman dan kemungkaran yang terjadi selama ini. Bom bunuh diri—lagi-lagi—dimaknai sebagai cara terbaik untuk jihad dan memperoleh predikat mati syahid.

Salah satu ayat yang sering “diperkosa” untuk kemudian dijadikan sebagai legitimasi atas tindakan konyol seperti bom bunuh diri adalah QS. Al-Baqarah ayat 2017: “ ومن الناس من يشري نفسه أبتغاء مرضات الله والله رؤوف بالعباد” Artinya: “Dan diantara manusia ada yang rela mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah dan Allah maha Penyantun kepada hamba-hambaNya”.

Padahal, konteks ayat di atas tidaklah melakukan aksi teror, melainkan diturunkan kepada seseorang yang bersungguh-sungguh dan rela meninggalkan keluarga, harta, dan yang lainnya untuk masuk Islam dan mengikuti Nabi; hijrah ke Madinah. Jelas. Konteksnya adalah untuk membela dan menyebarkan agama Allah dengan cara mulia dan elegan; membelanjakan harta di jalan Allah. Bukan Teror, apalagi bom-boman!

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, menjunjung tinggi nilai perdamaian, menghargai perbedaan, memberikan pedoman agar antar sesama manusia selalu menjunjung tinggi toleransi.

Maka, menarik apa yang ditegaskan oleh Masdar Farid Mas’udi, bahwa: “Terorisme bukan saja kejahatan terhadap negara, tapi juga kejahatan terhadap agama.” Bagaimana agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan memerintahkan untuk mengebom yang jelas-jelas memakan banyak korban, bahkan dari umat Islam sendiri?

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru