Harakatuna.com. Surabaya. Sebagian masyarakat beranggapan, bahwa orang-orang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) terlihat begitu pandai. Gaya bicara mempengaruhi pandangan masyarakat. Padahal hal tersebut tidak mengukur kemampuannya dalam apa yang telah mereka sampaikan.
Beberapa ahli pun mengatakan sebaliknya. Komandan Densus 99 Barisan Ansor Serbaguna (Banser), misalnya, mengatakan, bahwa mereka sangat dangkal pemahamannya dalam bidang agama. Hal tersebut digunakan mereka guna menarik simpati banyak orang terhadap misinya menegakkan khilafah.
“Orang HTI kelihatannya pintar, tapi sesungguhnya sangat dangkal dalam pemahaman agama. Ini hanya sebagai strategi mereka dalam menjual khilafah di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat awam,” ungkap Nuruzzaman di hadapan dua ratus lima puluhan peserta bedah buku khilafah yang digelar oleh Badan Semi Otonom (BSO) Penalaran FISIP Universitas Airlangga, pada Jumat (29/9/2017) di Auditorium Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.
Lebih dalam, Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga Joko Susanto menjelaskan, bahwa para anggota HTI itu hanya menghafal materi dan jawaban atas pertanyaan yang mungkin bakal dilontarkan kepada mereka.
“Semua materi harus dihafal dan disiapkan templet akan jawaban yang ada. Itulah fakta sebenarnya dalam diri organisasi HTI,” katanya.
Syakirnf