29.7 C
Jakarta
Array

Mewaspadai Munculnya Ibnu Muljam Modern

Artikel Trending

Mewaspadai Munculnya Ibnu Muljam Modern
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Subuh 19 Ramadhan 40 H. Lelaki perkasa itu baru saja menyelesaikan wudhu-nya, dia hendak menghadap dan sujud pada Allah swt Sang Maha Penciptanya. Tiba-tiba sebilah pedang yabg telah dilumuri racun diayunkan kepadanya. Darah mengucur. Ia rebah dengan luka menganga.

Lelaki korban kebiadaban itu adalah Ali ibn Abu Thalib, sahabat dekat yang juga menantu Rasul saw  yang sering dipuji oleh Rasul sebagai pintunya ilmu.

“Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Siapapun yang hendak memasuki kota, dia harus melewati pintunya dahulu,” kata Rasul saw memunyi Ali.

Ali adalah orang pertama dari golongan pemuda yang mengimani Kerasulan Muhammad SAW. Yang selalu berada di sisi Rasul. Dia merelakan tubuh dan jiwanya untuk melindungi junjungannya. Sedangkan pembunuh keji itu bernama Abdurahman Ibnu Muljam.

Siapakah Ibnu Muljam?

Apakah dia seorang pembenci Islam?

Atau seorang yang tidak mengakui Al Quran?

Atau seorang penyembah berhala?

Bukan !..Ibnu Muljam dikenal rajin ibadah sampai dahinya menghitam. Dia hafal Al Quran. Dia menjalankan puasa Daud, sehari puasa, sehari tidak. Dia rutin shalat malam. Ia terkenal sebagai ulama.

Dengan segala ibadahnya itu, Ibnu Muljam merasa lebih Islami dari Ali RA. Dia mengkafirkan Ali. Menuduh Ali tidak berpegang pada hukum Allah lalu merasa berhak untuk menumpahkan darahnya.

Dia menista kehebatan ilmu Imam Ali dengan kedangkalan pikirannya. Padahal Rasulullah yang mulia pernah berkata kepada Ali, “Sesungguhnya tidak mencintaimu kecuali mukmin dan tidak membencimu kecuali munafik.”

Tiga hari setelah peristiwa itu, Ali pun meninggal sebagai Syahid. Peribadi agung itu wafat akibat tebasan pedang seorang yang mengaku Muslim yang alim dan pintar.

Inilah tragedi beragama yang paling memilukan dalam sejarah Islam. Dari tangan Ibnu Muljam, cahaya agama itu ingin dimatikan.

Ideologi Ibnu Muljam adalah ideologi yang menganggap orang yang tidak sepemikiran dengannya sebagai kafir. Orang yang berbeda dengannya adalah sesat. Dan karena itu, wajib dibinasakan. Dia selalu berteriak, “berpeganglah pada hukum Allah.” Padahal maksudnya, hukum Allah menurut versinya. Jika orang berbeda versi tentang hukum Allah, Ibnu Muljam langsung menuding orang tersebut menentang agama. Dari sekadar seorang Ibnu Muljam, dia ingin menjelma menjadi IMAM BESAR.

Orang yang rajin beribadah dan hafal Quran ini telah dicatat sejarah dengan tinta paling nista karena membunuh seorang manusia mulia. Dia membunuh Ali ibn Abu Thalib, orang yang mencintai dan dicintai  Rasul saw. Imam Ali adalah orang yang paling memahami Islam setelah Rasulullah saw.

Ibnu Muljam telah lama mati. Tapi cara berfikirnya diwarisi sampai saat ini. Orang-orang  tampil sebagai Ibnu Muljam baru. Ibnu Muljam abad ini yang kemana-mana membawa kerusakan. Yang selalu membuat keributan dengan alasan ingin menegakkan hukum agama. Terus mengajak orang lain bergerombolan berteriak menyebar keangkuhan, ketegangan, keributan, permusuhan dan kebencian. Merasa Islam nyalah yang paling benar dan orang lain salah

Cirinya, mereka ;

-sibuk dengan ibadah ritual.

– sibuk dengan simbol-simbol beragama.

– mudah mengkafirkan orang lain,

– mengaku ngaku Pembela Islam namun tindakannya justru bertentangan dengan Islam.

– sangat membenci perbedaan dan merasa paling Islam sendiri.

– merasa telah memegang kunci surga. Padahal mereka sejenis iblis dengan jubah kesalehan.

Ibnu Muljam sekarang mungkin berwajah ISIS yang membawa nama Allah untuk membantai manusia lainnya. Mungkin berwajah para teroris yang membawa bom bunuh diri untuk menghancurkan siapa saja yang dianggap kafir. Mungkin juga berwajah ahli ibadah yang merasa paling shaleh dan mudah mensesatkan orang lain.

Mereka bangga dengan kesalehan ritual tampilan yang berbeda dengan orang lain, tetapi begitu gampang membenci manusia lain padahal orang lain juga adalah ciptaan dan hamba Allah.  Mereka sibuk dengan ibadah kepada Tuhan, tetapi lupa berbuat baik dengan lingkungannya.

Ibnu Muljam-Ibnu Muljam baru kini makin banyak jumlahnya di sekitar kita. Merekalah yang akan menjadikan agama rahmatan lil alamin ini menjadi ajaran kekejian. Merekalah yang setiap hari berteriak penuh kemarahan. Semakin mereka beribadah, orang menjadi semakin ngeri di dekatnya.

Setiap Ramadhan kita akan selalu mengenang syahidnya Ali Ibn Abi Thalib yang seluruh hidupnya dibaktikan untuk kebenaran. Yang dari lisannya mengalir mutiara-mutiara hikmah. Yang dari tangannya keadilan ditegakkan. Yang dari fikirannya, kegelapan disingkapkan.

Yaa Allaah kami mohon bimbing rahmati dan anugerahi kami jalanMu yang  lurus. Jalannya orang orang shaleh bukan jalannya orang orang sesat. Bahagiakan hidup kami di dunia dan akhirat. Aamiin

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru