Pengetahuan dan penguasaan ilmu agama berbanding lurus dengan kebenaran ajaran yang akan kita anut dan praktikkan. Ketidaktahuan dan kesalahan dalam memahami ajaran agama yang tertuang dalam kitab suci, bisa menjadikan orang tersebut sesat, dan akhirnya masuk dalam neraka. Tentu ini tidak kita inginkan, sama sekali tidak!
Salah satu kajian yang seringkali disalahpahami oleh sebagian umat Islam, dari dulu hingga saat ini adalah, terkait syirik. Kesalahpahaman yang sering disalahpahami adalah dikit-dikit disebut syirik, garuda Pancasila, misalnya.
Oleh sebab itulah, dalam kesempatan ini, tim www.www.harakatuna.com/harakatuna mengulas secara ringkas namun tuntas ihwal pengertian syirik sebagai berikut:
Kata Syirk berasal dari kata شرك – یشرك – شركا, yang berarti “berserikat”, bersama, atau berkongsi. Ibnu Manzur dalam Lisan Al-‘Arab menjelaskan bahwa kata tersebut memiliki arti persekutuan suatu zat atau sifat terdapat dalam dua wujud atau lebih (Ibnu Manzur, tt:446).
Lebih menukik lagi, Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqayis Al-Luqah, Juz III, mengungkapkan bahwa kata syirik yang terdiri dari tiga huruf; syin, ra, dan kaf, memiliki banyak arti. Akan tetapi kata tersebut mengandung dua makna dasar.
Pertama, menunjukkan pada makna muqâranah wa khilâfu infirâdin (kebersamaan dan terbilang atau kebalikan dari esa atau tunggal). Dari sini lahirlah yang namanya syirkah (perkongsian). Makna seperti ini bisa dilacak dalam Alquran, misalnya pada : wa asyrik-hu fi amri.
Kedua, makna dasar yang kedua ini menunjukkan makna imtidâd wa istiqâmah (membentang dan terus menerus). Dari sini jerat atau perangkap yang biasa dipasng membentang untuk menangkap buruan, begitu juga jalanan besar yang membentang memanjang disebut syarak (Faris, 1991: 265).
Sedangkan menurut istilah, syirik adalah membuat atau menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tambahan, objek pemujaan, dan atau tempat menggantungkan harapan dan dambaan. “Sesuatu” yang dimaksud di sini bisa dalam bentuk materil (seperti uang, dll) dan non-materil (seperti roh, jin, dll), yang dipuja atau disembah.
Sementara Mutawalli memberikan penjelasan yang cukup lugas. Di dalam bukunya yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Anda Bertanya, Islam Menjawab menjelaskan bahwa syirik adalah mengakui Allah ada, tetapi ada yang menyertai dan menyamai-Nya (Sya’rawi, 1985: 20).
Jadi, yang hendak ditegaskan dari uraian di atas adalah bahwa syirik itu mengakui Allah, tetapi juga mengkultuskan lainnya. Yang diinginkan Islam adalah bahwa Allah swt adalah satu-satunya penguasa alam semesta (Esa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antitesis syirik adalah tauhid. Dan tauhid inilah yang diajarkan Islam.
Jika Pancasila yang dianggap oleh sebagian kelompok tertentu sebagai syirik, apakah Pancasila mengajarkan bahwa konsep bertuhan dengan mengakui tuhan-tuhan lain? Bukankah sila pertama jelas dan tegas berbunyi: Ketuhanan yang Maha Esa? Jika yang demikian faktanya, maka tepatkah Pancasila itu ideologi syirik? (n).