Meneladani Pancasila (dan) Mengamalkannya
Oleh: Hayat*
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan berbagai suku, agama, dan ras. Penduduk dengan jumlah 250 juta orang lebih memberikan komplikasi kehidupan dalam berbangsa dan benegara. Beragam perbedaan menjadi satu kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebaikan. Nilai keadilan dan kebaikan dalam berbangsa dan bernegara terpatri oleh asas negara, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan asas negara yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap warga negara dalam rangka menciptakan dan membangun bangsa yang besar, maju dan sejahtera.
Pancasila adalah sejarah kebangsaan yang digoreskan oleh para pejuang kemerdekaan dalam memperjuangkan kebebasan dari penjajahan Kolonial. Pancasila harus menjadi teladan bagi setiap warga negara dalam menjalankan amanah lima sila dalam pancasila. Meneladani pancasila tentunya harus belajar dari para pejuang kemerdekaan yang telah memberikan jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati para pahalawannya.
Krisis keteladanan terhadap nilai-nilai pancasila sudah mulai pudar pada generasi muda saat ini, keteladaan akan Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya diucapkan dengan lisan dan disampaikan melalui kata-kata, tetapi Ketuhanan harus diimplementasikan dengan melkasnakan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala bentuk larangannya sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Tuhan telah menyearah dalam kehidupan masyarakat dan politik Nusantara. Kuatnya kebangsaan keagamaan dalam pembentukan kebangsaan Indonesia membuat arus pendiri bangsa tidak bisa membayangkan kehidupan kebangsaan dengan hampa Tuhan. (halaman 8).
Nilai-nilai ketuhanan dalam sila kesatu dalam pancasila memberikan pandangan yang konkret yang disampaikan oleh Soekarno bahwa ketuhanan adalah yang berbudaya dan berkeadaban. (halaman 117). Seiring dengan mengamalkan nilai-nilai ketuhanan, tentunya harus memunculkan nilai kemanusiaan yan adil dan beradab. Betapa perjuangan para pahlawan bangsa dengan segala tumpah darahnya untuk sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan adalah sarana untuk mencapai keadilan dan kemanusiaan. (halaman 130). Tanpa kemerdekaan dan keadilan, kemanusiaan masyarakat Indonesia selalu mengalami penindasan. Kemanusiaan mengindikasikan sebuah kewibawaan masyarakat yang mengantarkan kepada kewibawaan dan kemerdekaan bangsa dan negera Indonesia.
Namun, kewibawaan bangsa harus terus dijaga dan dipupuk oleh rasa persatuan. Persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat Indonesia adalah bentuk konkret dalam pengamalan sila ketiga. Berbeda-beda suku, agama, dan ras tapi tetap satu. Bhinneka Tunggal Ika menjadi pengejewantahan dalam pengalaman nilai persatuan Indonesia. Kita adalah satu, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Nilai keteladanannya harus mengingat diri akan perjuangan pahlawan bangsa dari berbagai daerah dan berbagi suku serta agama untuksebuah kemerdekaan yang wajib diperkokoh dengan saling menghormat dan menghargai. Oleh karena itu, demi meraih cita-cita Indonesia yang berdaulat dan bersatu, sejarah bangsa ini sudah menunjukkan bahwa semangat berkorban sudah menjadi bagian dari perjuangan sejak dulu. (halaman 341).
Persatuan Indonesia memunculkan sebuah pemahaman terhadap berbagai kebijakan dalam tatanan pemerintahan termasuk didalamnya dalam kehidupan masyarakat. Dalam pengamalana kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan adalah bahwa setiap keputusan yang berkaitan dengan kebangsaan dan kemasyarakatan, maka harus dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Permusyawaratan dalam mengambil keputusan dan kebijakan adalah sebuah keniscayaan atas rasa ketuhanan, kemanusiaa, persatuan untuk rakyat Indonesia yang lebih baik, adil dan merdeka.
Sejalan dengan itu, keadilan menjadi cita-cita luhur bagi seluruh rakyat indonesia untuk sebuah kesejahteraan. Keadilan mampu mengantarkan kepada kedaulatan dan kesejahteraan bagi rakyat. Keadilan dalam hukum, ekonomi, sosial dan politik adalah sebuah respon yang harus dilakukan ditengah krisis moral yang menimpa masyarakat Indonesia kini, terutama bagi para generasi muda bangsa. Gemah ripah lah jinawi, tata tentrem kerta raharja tidak hanya menjadi slogan bagi masyarakat Indonesia. Dengan pemenuhan imperative moral dalam sila keadilan sosial, diharapakan jeritan panjang rakyat Indonesia keluar dari belenggu kemiskinan dan penderitaan dengan impian sebuah kebahagiaan. (halaman 596).
Buku ini adalah buku yang penuh pesona dan kewibawaan yang mengangkat nilai-nilai pengamalan terhadap sila-sila pancasila menjadikan cermin bagi kehidupan kita saat ini. Kemerdekaan yang dibangun oleh para pejuang bangsa untuk sebuah negara yang dipersembahkan kepada para generasi penerusnya, memberikan suntikan semangat bagi masyarakat dan pembaca yang budiman. Buku ini menjadi rekomendasi utama dalam pemahaman dan pengamalan terhadap budi luhu dalam sila-sila pancasila. Yudi Latif menulisnya secara “renyah” dan “gurih” dengan memikat kata menjadi sebuah kalimat yang “nikmat” dan “enak” dibaca. Sentuhan sejarah yang diintegrasikan dengan “racikan” pesan moral mampu memberikan kesegaran dan kenikmatan tulisannya, sehingga ingin segera menuntaskan bacaannya dan sesegara mungkin mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harirasanya.
*Penulis adalah Dosen Universitas Islam Malang, tinggal di Malang
Judul : Mata Air Keteladanan: Pancasila Dalam Perbuatan
Penulis : Yudi Latif
Penerbit : Mizan
Cetakan : 2, Juli 2014
Tebal : xxii + 658 Halaman
Ukuran : 14,5 x 21
ISBN : 978-979-433-830-8