32.9 C
Jakarta
Array

Dzikir Sebagai Terapi (1)

Artikel Trending

Dzikir Sebagai Terapi (1)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dzikir yang artinya mengingat (Allah) merupakan metode yang selalu digunakan oleh semua tareqat sufi. Prinsip pokoknya adalah dengan memusatkan pikiran dan perasaan kepada Allah SWT. Dengan cara menyebut namanya berulang-ulang.

Dengan demikian, seseorang akan mempunyai pengalaman berhubungan dengan Allah, adanya hubungan ini dengan sendirinya akan menghilangkan rasa keterpisahan antara manusia dengan Tuhannya.

Dzikir mempunyai kemiripan dengan berbagai teknik meditasi pada tradisi agama-agama lain, baik pada tekniknya maupun pada efek yang ditimbulkannya. Dzikir tidak hanya berpengaruh pada perkembangan rohani atau nafs seseorang, banyak penelitian empiris yang telah membuktikan bahwa dzikir juga berpengaruh pula terhadap dimensi fisik.

Misalnya, dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit fisik maupun menghilangkan kondisi-kondisi psikopatologi seperti stress, kecemasan dan depresi.

Dzikir dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa/kesehatan jiwa merupakan terapi psikistrik, setingkat lebih tinggi dari pada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan dzikir mengandung unsur spiritual kerohanian/keagamaan/ke-Tuhanan yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) pada diri seseorang yang sedang sakit, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Sebagaimana diketahui bahwa faal organ tubuh manusia dikendalikan oleh keseimbangan sistem hormonal. Bila sesuatu sebab keseimbangan sistem hormonal terganggu, maka organ tubuh yang bersangkutan akan terganggu fungsinya (faal-nya), yang apabila hal tersebut berkelanjutan pada gilirannya dapat berakibat pada terganggunya organ tubuh tersebut secara anatomis.

Sebagaimana diketahui bahwa dewasa ini berbagai jenis penyakit yang berkembang adalah penyakit degeneratif, penyakit jantung koroner/kaediovaskuler, gangguan metabolisme tubuh, penyakit psikosomatik/psikofisiologik, gangguan kejiwaan (stress, kecemasan, depresi dan lain-lain).

Dalam cabang ilmu “psiko-neuro-endokrinologi” tersebut diuraikan bagaimana mekanisme atau psikopatologi terjadinya suatu penyakit. Misalnya, pada penyakit diabetes milletus. Pada umumnya seseorang mengalami stress (ketegangan jiwa) yang berkepanjangan disebabkan yang bersangkutan menderita stressor psikososial (misalnya problem pekerjaan).

Faktor psikis ini ditangkap oleh panca indera diteruskan ke pusat emosi di susunan saraf pusat (limbic system). Bila rangsangan emosional tersebut berkelanjutan, melalui saraf (neuron) diteruskan ke organ kelenjar pancreas (endokrin). Kelenjar pancreas adalah kelenjar yang memproduksi hormon insulin, yaitu hormon yg mengatur kadar gula dalam darah.

Kelenjar pancreas dapat terganggu fungsinya antara lain produksi hormon insulin berkurang atau dgn kata lain kadar gula darah orang yang bersangkutan meninggi. Pada mulanya keadaan ini sementara sifatnya dan dapat pulih kembali (reversible), namun dapat pula berkelanjutan tidak dapat pulih (irreversible), atau dengan kata lain orang tersebut menderita diabetes milletus.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru