29.7 C
Jakarta

Berkurban Dengan Ayam, Bolehkah?

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamBerkurban Dengan Ayam, Bolehkah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jamak diketahui oleh kaum Muslimin, binatang yang bisa dikurban adalah binatang ternak (QS al-Hajj [22]; 28) yang hanya dibatasi oleh mayoritas fukaha pada binatang tertentu meliputi unta, sapi, kerbau, dan kambing saja. Selebihnya tidak diperkenankan untuk disembelih dengan niat kurban. Tentu ini berat bagi mereka yang secara ekonomi berada di kelas menengah ke bawah. Mengingat harga binatang kurban bagi mereka tidak cukup terjangkau, jika enggan menyebutnya mahal. Lalu bolehkah berkurban dengan binatang yang harganya relatif terjangkau bagi kaum Muslim yang kurang berkecukupan? Berikut uraian pendapat yang memperbolehkannya.

Eks Grand Syeikh al-Azhar Mesir, Ibrahim al-Bajuri (w.1859) menuturkan dalam kitabnya Hâsyiyah al-Bayjûrî ʻAlâ Fath al-Qarîb al-Mujîb (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999) Cet. Kedua, Jilid2/Hal. 555;

(فائدة): عن ابن عباس رضي الله عنهما ((أنّه يكفي في الأضحية إراقة الدم ولو من دجاجة وأوز)) كما قاله الميداني, وكان شيخنا يأمر الفقير بتقليده ويقيس على الأضحية العقيقة, ويقول لمن ولد له مولود: عقّ بالديكة على مذهب ابن عباس إهـ

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra bahwa dalam berkurban cukup dengan menyembelih ayam ataupun angsa. Sebagaimana diterangkan oleh al-Maidani. Dahulu guru kami memerintahkan Muslim yang fakir untuk mengikuti pendapat ini. Pendapat berkurban dengan ayam atau angsa ini juga bisa berlaku dalam akikah dengan penganalogian (qiyâs). Sehingga bisa berakikah dengan ayam atau angsa. Guru kami juga berpesan bagi orang yang baru dikaruniai seorang anak untuk berakikah dengan ayam jago mengikuti mazhab Ibnu Abbas ra.

BACA JUGA  Janji Politik dari Seorang Calon Wajibkah Ditunaikan?

Uraian al-Bajuri (w.1859) di atas juga dinukil oleh Sayyid Abdurrahman Baalawi dalam kitabnya Bughyah al-Mustarsyidîn.

Namun menurut pandangan Alauddin al-Hashkafi (w. 1088 H) dalam al-Radd al-Mukhtâr menegaskan kemakruhan berkurban dengan ayam. Sebab –dalam pandangan pakar hukum bermadzhab Hanafi itu- hal tersebut sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Majusi. Pendapat ini juga termaktub dalam kitab al-Fatâwâ al-Hindiyyah yang menukil dari kitab Ushûl al-Tawhîd karya al-Shaffar serta kitab al-Wajîz karya al-Kardari, meskipun orang yang berkurban statusnya kurang mampu.

Alhasil pendapat kebolehan berkurban dengan ayam dan binatang sejenis dinilai kurang kuat. Melihat pendapat mayoritas yang menyatakan kurban hanya terbatas pada kambing, sapi dan unta. Ditambah lagi posisi para fakir yang sebenarnya berada pada penerima daging kurban sebagaimana diterangkan dalam QS al-Hajj [22]; 28.

Hematnya kebolehan berkurban dengan ayam atau sejenisnya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu untuk berkurban dengan kambing supaya mereka juga merasakan rasanya berkurban. Wallhu Aʻlam [Ali Fitriana]

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru