26.1 C
Jakarta
Array

Abdul Muthalib: Serial Leluhur Nabi Muhammad saw (1)

Artikel Trending

Abdul Muthalib: Serial Leluhur Nabi Muhammad saw (1)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Abdul Muthalib

Serial Leluhur Nabi Muhammad saw (1)

Syaibah adalah kakek Nabi Muhammad saw dari jalur ayah. Meskipun Syaibah sebagai nama asli, seakan tertelan di bawah nama Abdul Muthalib. Hal ini tidak terlepas dari cerita panjang yang melatarbelakangi pergeseran nama kakek Nabi saw tersebut. Syaibah terlahir dari pasangan mulia dengan ayah bernama Hasyim bin Abdu Manaf dan Ibu bernama Salma binti Amr. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga trah terpandang, Hasyim dari Bani Quraisy dan Salma dari Bani Najjar. Pertemuan keduanya berawal dari perjalanan bisnis Hasyim ke kota Yatsrib (sekarang dikenal dengan kota Madinah al-Munawwarah). Mereka berjumpa di pasar Yatsrib. Hingga pada akhirnya Hasyim memutuskan untuk meminang Salma. Kemudian ia pun mengandung janin yang kelak bernama Syaibah.

Syaibah menjadi yatim saat ia masih berada di Rahim ibunya, Salma. Setelah ayahnya, Hasyim meninggal dunia di Gaza dalam perjalanan bisnis menuju Syam. Sang ayah dikebumikan di Gaza. Syaibah pun lahir dalam keadaan yatim. Ia tumbuh dengan nafkah dari harta warisan ayahnya. Syaibah kecil tumbuh di bawah asuhan ibunya, Salma dan saudara ibunya dari Bani Najjar di kota Yatsrib. Sementara saat itu paman dari Syaibah, al-Muthalib yang tidak lain adalah saudara kandung ayahnya tidak tahu jika ia masih memiliki keponakan yang tinggal di kota Yatsrib. Setelah kawannya yang bernama Tsabit bin al-Mundzir –ayah dari sahabat sekaligus pujangga, Hassan bin Tsabit- memberitahu keberadaan si keponakan, al-Muthalib bergegas menuju Yatsrib untuk menjemput pulang putra Quraiys, Syaibah.

Setibanya di kota Yatsrib, al-Muthalib langsung berkeliling kota mencari keponakannya. Akhirnya ia menemukannya sedang bermain panah bersama teman-temannya. Syaibah yang berwajah rupawan miriip mendiang ayahnya, Hasyim, membuat al-Muthalib tak kuasa membendung linangan air mata. Seketika itu dipeluknya dan dipakaikan kain istimewa Yaman yang ia bawa dari Mekah. Lalu al-Muthalib mengenalkan dirinya bahwa Hasyim, ayah Syaibah, adalah suadara kandungnya.

Mengerti akan kedatangan iparnya, Salma menjamunya sebagai tamu. Namun al-Muthalib menolak dan bersikeras ingin segera membawa pulang keponakannya. Salma tidak tinggal diam, ia awalnya tidak rela Syaibah dibawa oleh pamannya ke Mekah. Setelah al-Muthalib meyakinkan Salma serta keluarganya dan bersikeras tidak akan kembali ke Mekah kecuali Syaibah, hati Salma akhirnya luluh dengan berat hati merelakan kepergian putranya Syaibah. Namun ia meminta waktu tiga hari agar Syaibah tinggal bersamanya sebelum meninggalkan kota Yatsrib.

Saat kedatangan al-Muthalib di kota Mekah membawa pemuda tampan, orang-orang Quraisy yang melihatnya mengira bahwa ia datang membawa seorang hamba (baca: budak). Anggapan mereka ditepis oleh al-Muthalib dengan mengenalkan pemuda itu adalah putra saudaranya, Hasyim bin Abdu Manaf. Semenjak itu Syaibah dipanggil dan lebih dikenal dengan nama Abdul Muthalib (hamba al-Muthalib). [Ali Fitriana]

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru